Jumat, 01 Agustus 2025

ISLAM HARUS TAHU KENAPA BUKAN YESUS MATI DI SALIB


 Dalam surah an-Nisa ayat 157 dikatakan bahwa yang wafat di kayu salib itu adalah orang yang diserupakan dengan Yesus. Dengan demikian, bukan Yesus yang wafat di salib. Ini merupakan wahyu Allah. Umat islam sangat yakin itu adalah kata-kata allah swt. Pernyataan bukan Yesus yang wafat di salib seakan mau menegaskan ulang akan pernyataan serupa yang sudah disuarakan sejak Doketisme. Namun, sadarkah umat islam kenapa sejak Doketisme muncul pendapat yang beragam tentang siapa yang mati di kayu salib itu?

Jumat, 25 Juli 2025

Siapa yang Disalibkan: Yesus atau Yudas Iskariot


 Ada banyak cara untuk membenarkan alquran dari kesalahannya. Salah satu kesalahan alquran adalah soal kematian Yesus. Di dalam alquran bukan Yesus yang wafat di kayu salib melainkan orang lain yang diserupakan dengan Dia (QS 4: 157). Ketika umat islam kemudian membaca sejarah, mereka akhirnya sadar akan kesalahan alquran ini. Akan tetapi, karena sudah terlanjur diterima alquran sebagai kitab yang benar, maka diupayakanlah pembenarannya. Kebetulan ada dokumen-dokumen tua yang mengatakan bukan Yesus yang disalibkan.

#alquran, #kajianislam, #wafatyesus, #kajianalquran

Rabu, 23 Juli 2025

RENUNGAN HARI RABU BIASA, THN I

Renungan Hari Rabu Biasa, Thn I

Bac I Kel 16: 1 – 5, 9 – 15; Injil        Mat 13: 1 – 9;

Tuhan Yesus, dalam Injil hari ini, menyampaikan pengajaran lewat perumpamaan penabur, yang menaburkan benihnya. Ada empat jenis tanah dimana benih itu jatuh. Yang menariknya adalah Yesus menutup pengajarannya dengan berkata, “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (ay. 9). Ini sebuah perintah. Dalam perintah itu tampak jelas makna perumpamaannya, yaitu bahwa realitas tanah bukanlah kenyataan statis, melainkan dinamis. Ia berhubungan dengan sikap keterbukaan dan kerendahan hati untuk mendengarkan. Kerelaan dan keterbukaan untuk mendengar kehendak Allah dan setia melaksanakannya, itulah gambaran tanah yang subur.

Gambaran yang berbeda dijumpai dalam diri orang Israel. Dalam bacaan pertama, diceritakan bagaimana bangsa ini bersungut-sungut (ay. 2). Mereka ingin kembali ke masa lampau (ay. 3), yang sekalipun tertindas tapi masih terasa enak. Sederhananya, enak tapi sengsara. Ini adalah gambaran dosa. Dosa itu memang menarik dan enak (bdk. kisah kejatuhan manusia pertama), tapi mendatangkan maut. Keluar dari Mesir merupakan simbolisasi keluar dari dosa, menjadi manusia yang merdeka. Namun sayangnya, umat Israel tertutup telinga hatinya. Mereka bukan saja tidak mendengar kehendak Allah, tetapi juga tak dapat melaksanakan kehendak-Nya. Bangsa Israel mirip seperti gambaran tanah di pinggiran jalan, atau tanah berbatu-batu atau tanah bersemak duri. Akan tetapi, meskipun demikian Allah tetap peduli kepada mereka (ay. 4-5).

Telinga adalah indra pendengaran. Ia berguna untuk mendengar. Dari pendengaran kita mendapatkan sesuatu yang baik dan berguna bagi kehidupan. Dari aktivitas mendengar akan menggerakkan kehendak dan kemauan untuk melakukan apa yang didengar. Jadi, mendengar melahirkan kehendak, dan kehendak menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu yang baik dan berguna bagi kita. Semua itu tergantung pada sikap keterbukaan dan kerendah-hatian kita untuk mendengar. Tanpa itu, dengan kata lain, ketertutupan hati, membuat kita tidak bisa berkembang.

by: adrian